Doy Sayang Diem Dong


Jeffryan dari tadi mondar mandir di belakang panggung, sesekali mengangkat dan memindahkan barang barang yang tergeletak dibelakang panggung. Ia sibuk sendiri mencari microphone-nya yang hilang entah kemana.

Johnat yang sedang melihat rundown jadi teralihkan oleh tingkah gusar Jeffry, “Napa lo?” tanyanya.

“Gawat nyet ini mic gue hilang”

“Lo taro mana bego? ya kali nanti kita jadi satu mic berdua. kek paduan suara entar” balas Johnat yang kemudian dengan anehnya dia tertawa sendiri.

Jeffryan mendengus malas, merasa tak ada yang lucu dan jawaban Johnat tak membantu sama sekali. “Ga lucu tolol, bantu cari”

“kagak usahlah. entar minta micnya Atuy aja cuy.”

“Lah bukannya dia pake Toa?” Tanya jeffryan bingung. Pasalnya yang dia tau divisi displin dari awal acara sudah dibelaki oleh dua toa. Jadi aneh kalau mereka masih menggunakan mic.

Tak menjawab Johnat malah menyeret kerah baju Jeffryan. Yang ditarik jelas mengumpat kasar. Namun tak juga membuat perlawanan, ia bejalan pasrah mengikuti Johnat.

Jo mengajak Jeffry keluar dari belakang panggung dan berdiri di belakang kerumunan mahasiswa baru. Sampai beberapa langkah dari barisan paling belakang, Jo menunjuk ke arah Yuta yang kini tengah berdiri meneriaki para mahasiswa baru. “Noh lihat temen lu ngomel teriak teriak tapi mic di tangan kagak di pake.”

Salah fokus, Jeffryan malah manahan geli melihat muka sok galak Yuta si badut tongkrongan itu ternyata bisa serius juga.

“Anjing mukanya si Yuta serem bener” komentar Jeffryan.

“videoin kagak nih?”

“Ya kali ga divideoin.”

Johnat dan Jeffryan cekikikan berdua di belakang dengan HP Jeffryan yang sudah terangkat merekam kegiatan marah marah Yuta.

Sedangkan di depan sana Yuta sudah seperti kepiting rebus yang kepanasan serta harus menahan marah karena tingkah para mahasiswa baru yang menurutnya menyebalkan. Padahal mah lebih nyebelin dia.

“KALIAN GA BISA DENGER? BUDEG? JAM BERAPA DI SURUH KUMPUL DI LAPANGAN?” teriakan menggelegar Yuta terdengar mengisi lapangan yang kini sangat sunyi.

Semua kepala yang tengah dijemur di lapangan itu menunduk, tak ada yang berani mengangkat kepalanya. Atau bahkan menjawab pertanyaan Yuta.

Yuta menggeram kesal karna tak mendengar jawaban, “BENERAN BUDEG? JAWAB!” bentaknya lagi.

“12.30 KAK” jawab mereka serentak.

“TERUS KENAPA MASIH TELAT! HAH?”

Lagi, tak ada jawaban.

“LO NGIRA KITA DI SINI BUAT APA? NUNGGUIN LO NGADEM? LO SIAPA? RAJA LO DI SINI?”

Sunyi yang mereka ciptakan malah berarti lain bagi Yuta. Cowok itu kembali berteriak, “OHHHH LO SEMUA RAJA? MAKANYA DIEM AJA?! “

Tersentak akan serangan Yuta, Maba kembali kompak menjawab “ENGGA KAK!”

“HEH LO YANG RAMBUT PENDEK BARIS PALING DEPAN” Yuta kali ini menunjuk salah satu Maba perempuan yang terlihat sedang gemetar ketakukan. “HEH BUDEG SINI LO!” teriak Yuta lagi kali ini jauh lebih brutal.

Gelagapan cewe itu berjalan mendekat ke arah Yuta dengan kepala tertunduk, “i-iya kak k-ena-pa?” tanyanya terbata bata.

“NGOMONG YANG TEGAS! LO BACA TEMA OSPEK APAAN GA? MASIH AJA GA BISA NGELUARIN SUARA. “

“iYA KAK”

Yuta mendesis sinis lalu memandang gadis itu remeh, kayaknya cowok ini benar benar menikmati tugasnya sekarang.

” JAM BERAPA LO SAMPE DISNI?”

“jam 12.13 kak”

“YANG KENCENG!”

“12.13 KAK”

“LO SENENG GAK GUE SURUH MAJU KESINI PADHAL LO DATENG TEPAT WAKTU?” Tanyanya menjebak.

Si Maba yang terlihat bingung harus menjawab apa akhirnya memilih diam.

“LO BEGO? KALAU GAK SENENG NGOMONG. DARI KEMARIN DI KASIH TEMA SOAL RESONANCE GA GUNA KALAU NGUTARAIN ISI HATI AJA LO GA BISA!”

“Maaf kak, tapi saya gak suka” jawab Maba itu akhirnya.

“KARNA LO GA SUKA SEKARANG TUNJUK 10 TEMEN LO YANG LEBIH PANTAS BUAT DIHUKUM DI DEPAN SINI! CEPAT TUNJUK ORANG YANG DATANG PALING TELAT! DAN SURUH PUSH UP 50 KALI!” Titah Yuta.

Si Maba tak terlihat senang dengan perintah Yuta. Tak mungkin ia menunjuk salah satu teman barunya, akan sangat tinggi risiko dirinya dibenci satu angkatan jika melakukan hal itu. Karena itulah ia kembali memilih diam.

“DIEM LAGI?? PILIH DENGER GAK? HALO? BUDEG???”

Gadis itu menutup mata, lalu dengan susah payah menggeleng. “Maaf kak saya gak bisa” jawabnya

“OH YA UDAH LO AJA GITU PUSH UP 500 KALI GANTIIN TEMEN LO YANG 10 ITU.”

Semua terlihat terkejut, banyak anak yang tampak menunjukan muka tak teganya tapi tetap saja tak ada satupun yang mau membantu si maba malang itu keluar dari jeratan ganas Yuta.

Si maba tak punya pilihan lain, gadis itu sudah membuat posisi push up perempuan. Sebelum dari jauh terdengar suara Selena memprovokasi, “Buset ini temennya diem aja nih? RESONANCE CUMAN PAJANGAN DOANG YA? giliran ada yang butuh bantuan gini tetep aja pada bungkam!”

“LO MAU 500 KALI SENDIRIAN, ATAU 20 KALI BARENG SATU ANGKATAN?” Tanya Selena melanjutkan, sebenarnya sengaja memancing karena ia rasa Yuta sudah mulai keterlaluan. jiwa manusiawi Selena masih ada belum setega itu melihat si maba yang tak salah apa apa ini harus push up 500 kali.

Si maba terlihat menoleh pada teman temannya dengan memelas, lalu menggumamkan kata maaf tanpa suara.

“20 bareng satu angkatan kak”

“TERIAKIN KE MEREKA!” Kini Yuta kembali mengambil alih.

“20 BARENG SATU ANGKATAN!”

Tepat setelah itu seluruh mahasiswa baru membuat posisi push up, dan mulai melakukan push up diiringi suara mereka yang menghitung tiap gerakan push upnya.

Sampai gerakan ke duapuluh Doy maju selangkah, membuat Yuta mengerti dan mundur memberi waktu Doy yang berbicara. “JAM BERAPA KALIAN SEMUA BARU BISA TERKUMPUL SEMUA DISINI?” tanyanya dengan dingin.

Tak ada yang menjawab, karena nyatanya para Maba memang tak tahu tepatnya jam berapa mereka semua terkumpul.

Dari belakang Jennie menyeletuk, “Jam 12.45 kak” jawabnya asal. Nyatanya dia juga sama halnya dengan para maba, tak tau persis jam berapa semua terkumpul.

“LO SEMUA GAK BAKAL JADI APA APA KALAU HAL SEPELE MASALAH WAKTU GINI KALIAN GA BISA ON TIME! GAK ADA GUNANYA SEKOLAH TINGGI TINGGI TAPI GAK BISA NGATUR WAKTU. WAKTU ITU SEGALANYA. LIHAT SEKARANG. KARENA PERBUATAN KALIAN YANG MENGULUR WAKTU, PEMBERIAN MATERI KE KALIAN JADI BERKURANGKAN? YANG RUGI SIAPA? KALIAN. WAKTU—“

“Doy sayang diem dong”

Hening.

Hingga, “MAMPUS KAYLIE GUE REKAM KE TOLOLAN LO”

Pecah, Ospek hari itu tak berjalan baik baik saja.