Sebuah Kenangan
Langit makin gelap, jam juga sudah menunjuk pukul 8 malam. Yang artinya disinilah akhir dari kegiatan Ospek.
Lega rasanya bagi para mahasiswa baru berhasil melewati masa terkelam dalam dunia perkuliahan. Tak ada lagi tugas tugas aneh yang akan mereka terima, tak akan ada lagi teriakan dari Yuta dan teman temannya, mereka juga tak lagi menerima tingkah jahil para kakak tingkatnya, semua berakhir malam ini.
Akhir yang cukup indah. Walau meninggalkan keluh kesah. Para panitia juga tak kalah lega, segala beban yang mereka tanggung beberapa bulan terakhir ini kini perlahan lenyap. Yang tersisah kini hanya rasa haru.
Banyak letih yang mereka tanggung untuk menyiapkan acara ini. Dari tidur yang semakin singkat untuk menyusun detail acara ini. Rapat tiap saat tiap waktu dan tiap sempat. Pencarian dana yang bahkan berakhir drama seperti yang terjadi pada Kaylie dan Jennie. Perubahan acara yang membuat tiap divisi berulang kali harus melakukan revisi. Atau paling sering berbeda pendapat membuat tiap diskusi berakhir pukul tiga pagi.
Walau tak bisa dipungkiri, letih itu yang membuat mereka lebih mengerti satu sama lain. Mereka sama sama menguatkan ketika letih mereka rasanya ingin cepat cepat ditinggalkan saja. Mereka sama sama berusaha menciptakan suasana ternyaman di kepanitiaan agar rasa letih itu tak kerap datang.
Dan kini semua letih mereka rasanya terbayar dengan sempurna.
Panitia Ospek dan segala ceritanya, kini akan menjadi kenangan indah.
“KAYLIE SINI FOTO!”
Lautan manusia yang tadinya memadati GOR ini, kini telah surut. Hanya menyisahkan para panitia yang asik mengabadikan momen terakhir mereka menjadi satu kesatuan.
Kaylie yang dari tadi hanya diam terharu memandangi mereka jadi tersentak monoleh ke belakang, mendapati Johnat, Bulan dan Yemi yang melambai lambai memintanya mendekat.
Dengan senyum cerah gadis itu berlari mendekat.
Hal yang paling Kaylie syukur di kepanitiaan ini adalah bertemu dengan ketiga orang ini.
Pertama kali mengetahui bahwa divisi acara hanya terdiri dari empat orang, Kaylie sudah putus asa dahulu. Siapa yang sanggup mengurus hampir seluruh acara dan hanya dibantu oleh 3 orang? dulu rasanya itu mustahil.
Sampai Kaylie bertemu mereka, ketiga orang yang mampu mewujudkan mustahil yang Kaylie pikir.
Sean Johnatan, yang selalu berusaha untuk mengerti dan membela Kaylie. Bulan Tamma, yang paling sabar menghadapi maunya Kaylie. Kimberly Yemi, yang selalu bisa menghibur kaylie. Ketiganya seperti kombinasi yang memang harus ada disisi Kaylie.
“Pelan aja Kay” tegur Bulan ketika Kaylie sudah berada di tengah tengah mereka.
Kempatnya berdiri sejajar, dengan Kaylie dan Yemi dihapit oleh Johnat dan Bang Bulan.
“Bang Doy tolong fotoin ya!” teriakan Yemi membuat Doy yang berdiri di dekat mereka jadi menoleh, lalu dengan sigap meraih ponsel Yemi.
Ah iya, setelah kejadian tadi baru ini Kaylie dan Doy bertemu lagi.
Ada atmosfer canggung yang hanya mereka berdua rasakan.
Doy ahirnya mengalihkan fokusnya pada ponsel Yemi. “Pose” titahnya. Keempatnya kini mulai bergaya. Pose senyum kaku, senyum manis, senyum bersama jempol ala bapak bapak, sampai pose menunjuk Kaylie.
Setelah kira kira sudah nyaris belasan foto, tiba tiba saja Tenn Uta Teo Jeffry dan Juan datang, dengan sok asik ikut bergaya mulai mengacau.
“NGAPAIN SIH!” teriak Kaylie kesal.
“lanjut aja pak motonya!” teriak Jeffry tak mempedulikan tatapan kesal Kaylie.
“gaya monyong maco sob” itu pinta dari Uta yang dengan bodohnya diikuti para anteknya.
Kaylie mendesis kesal, namun akhirnya memilih kembali tersenyum takut kalau wajah kesalnya tertangkap kamera dan bisa jadi aib baginya.
Doy tersenyum dari balik kamera melihat perubahan drastis dari wajah gadis itu. Doy menggeleng, lagi lagi ia tak fokus karna Kaylie.
“tu wa ga!”
Satu lagi foto yang berhasil tertangkap.
“Lagi pak! sekarang pose memberikan cinta pada Anya!”
Permintaan Uta terus berlanjut, tiap satu pose berhasil ditangkap ia masih saja terus meminta lagi dengan berbagai request foto aneh. Hingga rasanya kini sudah puluhan gambar yang ditangkap kamera ponsel Yemi.
Doy pun akhirnya menyerah, “Udahan sat, nagih mulu”
“EH PAK! lo pengen foto sama Kaylie kagak? gue fotoin sini” Teriakan Tenn sukses membuat hampir seluruh panitia mulai menatapi Doy dan Kaylie dengan tatapan menggoda.
Kaylie jelas langsung merona salah tingkah, “BACOT!”
“Yeu! padahal mau kan lo!” teriak Jeffry.
“DIH SALTING SI GOBLOG!” itu Zetta yang teriak dari ujung.
“BERISIK NYET!”
Kaylie masih sibuk teriak ketika Doy sudah berjalan mendekat ke arahnya, “Ayo mau gak?”
Kaylie yang tak fokus langsung tersentak kaget, membuat wajahnya malah semakin merona.
“AHAHAHA KEK BABI PINK MUKA LU!” pelakunya masih sama, Zetta.
“CIAHHH TUH MAU GAK?”
“RANGKUL AKU BANG RANGKUL!”
“ICKIWIRRR”
“tolong katakan pada dirinya, lagu ini kutuliskan untuknya” ketika yang lain sibuk membri celetukan, Juan malah dengan anehnya mulai menyanyikan Tolong dari Budi Doremi.
Walau rasanya teramat malu, Kaylie akhirnya mengangguk mengiyakan ajakan Doy. ia mulai merapat pada ketuanya itu.
Doy juga mulai mengikis jarak antara mereka. Mendekati Kaylie yang terlihat salah tingkah dan malu. Doy malah gemas melihatnya, rasanya ingin sekali menjahili gadis ini.
Setelah ia berdiri di samping gadis itu, ia berbisik pelan tepat di dekat telinga Kaylie, “Kalau gue tembak di sini mau gak?”
Sontak Kaylie kaget langsung menginjak kaki Doy dengan ganas, “DIEM LO!”
Sakit bukan main rasa injakan Kaylie, tapi rasa sakitnya seolah dikalahkan oleh rasa puas Doy. Doy mengulum senyumnya, menahan tawa karena reaksi Kaylie.
Wajah Kaylie benar benar merah kini bahkan menjalar ke kupingnya. Dalam hati gadis itu sudah mencaci maki manusia yang berdiri di sampingnya ini.
DI KIRA HATI GUE SEKUAT ITU APA?, Kaylie meronta dalam hatinya, “Dah siap belum nih pak? keliataanya masih asik”
Doy berdehem sebentar, berusaha menahan tawanya. “iya udah fotoin aja” titahnya.
“satu dua tiga!”
potret terakhir mereka menjadi ketua panitia dan koordinator acara tertangkap.
*** Hening melanda mobil Doy.
Hampir 10 menit perjalanan berlalu tapi sampai kini hanya suara Finneas di lagunya berjudul “Let's Fallin in Love for the Night” yang mampu memecah hening. Entah ada apa dengan playlist Doy malam ini, sedari tadi Kaylie hitung sudah 4 kali lagu itu yang terulang. Namun ia juga tak berniat sedikitpun untuk menginterupsi. Menyisahkan hening yang lebih panjang lagi.
Kedua insan di dalam mobil itu sama sama lebih memilih menyelami pikiran masing masing yang sudah melanglang buana entah kemana. Kaylie yang biasanya akan mengoceh sepanjang perjalanan kali ini malah direpotkan dengan pemikiran; sepertinya akan terjadi sesuatu antar mereka berdua malam ini. Kaylie dapat melihatnya dengan cukup jelas. Karna seharian Doy benar benar tancap gas, tanpa memberi ruang untuk hati Kaylie istirahat. Banyak tanya tersisah di benak Kaylie seperti; apa maksud Doy soal ucapannya saat mereka mendengarkan HIVI! tadi, atau apa maksud pertanyaan Doy saat mereka ingin mengambil foto tadi.
Ia butuh jawaban, dan Doy tak seharusnya betah diam.
Kaylie mendesah gusar, harus berapa lama lagi sih buat cowo ini mau berani ngomong?
“Hai kaylie”
Kaylie tersentak.
Matanya menoleh pada Doy, ketika suara lelaki yang sedang fokus menyetir ini mengudara melalui radio mobil, mengantikan suara Finneas.
“Gimana penutupan Ospeknya? Seru?”
Kaylie yang dari awal masih bingung dengan keadanan jadi bertambah tak tau harus berbuat apa ketika dihadapkan dengan pertanyaan begini. Apa dia harus menjawab?
Kaylie melirik Doy, berharap cowok itu peka untuk menjelaskan situasi. Tapi Doy nampak tak bergeming, terus diam dengan tatapan lurus ke depan.
Sampai akhirnya karena hening mengisi, Kaylie jadi menjawab radio tersebut, “Seru.”
“Acara ini dari awal sampai penutupan bisa seseru ini, itu juga berkat usaha lo. makasih ya buat tiga bulan lebih ini, mau ngebantu gue nyiptain kegiatan yang suskses besar kayak gini. Makasih buat waktu lo, tenanga lo, ide lo dan semua hal yang udah lo korbanin buat ini. i really appreciate you.” Ada jeda sebentar, sebelum suara Doy kembali terdengar, “Makasih udah jadi partner kepanitiaan gue.”
“Semoga nanti bisa jadi partner gue lagi, di kehidupan contohnya?”
Napas Kaylie seolah tertahan.
Kaylie sudah mempersiapkan dirinya karna tau Doy ingin mengungkapkan perasaan, namun pemilihan kata yang Doy buat benar benar terasa jauh lebih mengena, membuat benteng pertahan yang ia coba bangun roboh begitu saja.
Kaylie yang merasa wajahnya memanas yakin kini wajahnya sudah memerah padam.
Doy juga sekarang sedang panas dingin. Walau bukan secara langsung dia mengucapkan kata itu, tapi tetap saja ada rasa takut, canggung, juga sedikit geli yang ia rasakan kini.
“Kay, kalau gue sebutin satu satu, bakal banyak banget alasan kenapa we'll be the perfect partner, jadi sekarang gue bakal jelasin 10 dari seribu alasan.”
“Pertama, because i love you.”
“Kedua, gue nyaman sama lo. i'm a difficult person to deal with at times but yet, you still stick around.”
“Ketiga, cewek cantik harus pacaran sama cowok galak.”
Kaylie yang dari tadi mendengarkan menyungingkan senyumnya tipis mendegar pernyataan ketiga cowok itu.
“Keempat, karena bluethooth lu udah ada di radio mobil gua.”
“Kelima, karena gue udah sering jajanin lo.”
“Keenam, since we have the opposite personalities, we'll complete each other”
“Ketujuh, karena gue mau chatan setiap hari sama lo.”
“Kedelapan, karena lo pantes dapetin the best version of me.”
“Kesembilan, karena gue gak suka lihat lo sama Jeffryan.”
“Kesepuluh, karena lo udah manggil gue sayang, gue mau manggil lo sayang balik juga.”
Derit rem tangan yang Doy tarik membuat Kaylie yang dari tadi hanya fokus mendengar rekaman Doy jadi tersentak kaget menoleh kesamping.
Mereka kini telah tiba di kostan Kaylie.
“Kaylie” Kali ini, Doy yang langsung berbicara. Tak lagi menggunakan perantara.
Kaylie menghembuskan napasnya, mencoba menetralkan perasaaannya yang sedari tadi sudah berdegup sangat kencang.
Tangan Kaylie menggenggam erat tasnya menyalurkan semua rasa gugup, sebelum berani menoleh pada Doy.
Cowok itu kini tengah menatapinya.
Doy berdehem canggung, ia berusaha menatap tepat di kedua bola mata gadis itu.
“Lo udah taukan perasaan gue, gue bukannya mau ngulur waktu dari kemarin. Cuman gue lagi nyari waktu yang tepat. Dan waktu dengerin HIVI tadi, was my limit to control these feelings.”
“Sorry for took a long time, ” Doy menunduk sebentar, tangannya terulur kedepan kaki Kaylie. Kemudian membuka dashboar dekat kaki Kaylie, di sana ia mengambil sebuah kertas yang terlipat.
Perlahan ia membuka kertas yang ia lipat itu, kemudian ia membuka lebar.
Kertas berukuran poster itu berisikan sebuah gambar yang Kaylie tebak itu buatan Doy.
Ada wajah Doy tertempel disana dengan banyak gambar gambar aneh disekitarnya. Dan paling menonjol, ditengah tengah ada tulisan; “Kaylie, let me be your boyfriend, please?”
Kaylie tak dapat menahan senyum bahagianya, wajah memelas Doy juga tulisan yang tengah memohon itu jelas membuat Kaylie rasanya gemas sendiri.
“jawab”
“AHAHAH gak usah sok lucu lo!”
Doy jadi merengut.
“Jawab Kaylie.”
Kaylie kemudian berusaha menahan tawa juga gemasnya, lalu tanpa pikir panjang gadis itu menjawab,“yes, go ahead”
Doy terbelak kaget, Doy tau gadis ini juga menyukainya. Tapi, ini jawabnya cepet banget? mana sebelumnya masih sempat ketawa. Ini dia gak lagi dibercandain kan?
“beneran?” tanyanya masih tak percaya.
“YA MASA BECANDA?” Kaylie menatap cowok ini sinis lalu memukul lengan cowok itu, bisa bisanya dia malah memnunjukan wajah tak percaya.
Doy tersenyum puas, “Jadi sekarang kita...” ucapan Doy mengatung sambil menatap Kaylie.
Kaylie balik menatap Doy dengan tawa, “Iya itu”
Doy mengangguk anggukkan kepalanya, lalu dengan iseng bertanya, “Boleh pelukan gak?”
“OGAH LO MASIH MAU, BYE GUE BALIK YA!”
“INI KERTASNYA BAWA PULANG!”
Ya itu percakapan pertama mereka setelah resmi menjadi sepasang kekasih.