perasaan itu bergemuruh, seiring detak jantung yang berpacu.

lo ngerasa, lo udah bisa

kalimat itu mengulang kembali di otaknya, seperti radio rusak. sesak kembali ia rasakan, rasa sakit tak dapat tertahan ketika lagi lagi hanya kata menyebalkan itu yang mampu mengisi seluruh pendengarannya. ia berpuluhan kali menutup kuping atau bahkan memukuli kepalanya, berharap dengan itu kalimat barusan berhenti terputar di otaknya.

tapi malang, semua di luar kendali, kalimat yang ia harap tak pernah ia dengar itu, malah makin meracuni seluruh tubuhnya. tak segan relung hatinya juga makin digerogoti menimbulkan rasa sakit teramat dalam.

hingga akhirnya matanya yang sudah memanas dari tadi, akhirnya tak dapat lagi membendung buliran air di pelupuk. air mata hangat itu jatuh seiring perasaannya yang makin kacau.

ia menghela napas, “Gue?”

tanya retoris yang gadis itu ajukan pada dirinya sendiri membuat ia tersenyum miris.

“Gue gak pernah ngerasa begitu.”

gadis itu, tertunduk setelah berhasil menjelaskan... pada dirinya sendiri.

presepsi sering kali menimbulkan mispresepsi. pendapat orang lain tentu akan selalu berbeda beda, tergantung seperti apa mereka melihat sesuatu. pendapat mereka itu bisa saja benar, tapi bisa saja salah. makanya banyak orang yang memilih untuk bertanya dalam pikiran saja, takut kalau pendapat salah.

itu sebabnya gadis yang kini menangis itu, tak pernah suka menebak

makanya gadis itu tak pernah suka mendengar pendapat orang lain, apa lagi hanya berdasar penilaian subjekti semata.