ruthlessrwar

Doy Sayang Diem Dong


Jeffryan dari tadi mondar mandir di belakang panggung, sesekali mengangkat dan memindahkan barang barang yang tergeletak dibelakang panggung. Ia sibuk sendiri mencari microphone-nya yang hilang entah kemana.

Johnat yang sedang melihat rundown jadi teralihkan oleh tingkah gusar Jeffry, “Napa lo?” tanyanya.

“Gawat nyet ini mic gue hilang”

“Lo taro mana bego? ya kali nanti kita jadi satu mic berdua. kek paduan suara entar” balas Johnat yang kemudian dengan anehnya dia tertawa sendiri.

Jeffryan mendengus malas, merasa tak ada yang lucu dan jawaban Johnat tak membantu sama sekali. “Ga lucu tolol, bantu cari”

“kagak usahlah. entar minta micnya Atuy aja cuy.”

“Lah bukannya dia pake Toa?” Tanya jeffryan bingung. Pasalnya yang dia tau divisi displin dari awal acara sudah dibelaki oleh dua toa. Jadi aneh kalau mereka masih menggunakan mic.

Tak menjawab Johnat malah menyeret kerah baju Jeffryan. Yang ditarik jelas mengumpat kasar. Namun tak juga membuat perlawanan, ia bejalan pasrah mengikuti Johnat.

Jo mengajak Jeffry keluar dari belakang panggung dan berdiri di belakang kerumunan mahasiswa baru. Sampai beberapa langkah dari barisan paling belakang, Jo menunjuk ke arah Yuta yang kini tengah berdiri meneriaki para mahasiswa baru. “Noh lihat temen lu ngomel teriak teriak tapi mic di tangan kagak di pake.”

Salah fokus, Jeffryan malah manahan geli melihat muka sok galak Yuta si badut tongkrongan itu ternyata bisa serius juga.

“Anjing mukanya si Yuta serem bener” komentar Jeffryan.

“videoin kagak nih?”

“Ya kali ga divideoin.”

Johnat dan Jeffryan cekikikan berdua di belakang dengan HP Jeffryan yang sudah terangkat merekam kegiatan marah marah Yuta.

Sedangkan di depan sana Yuta sudah seperti kepiting rebus yang kepanasan serta harus menahan marah karena tingkah para mahasiswa baru yang menurutnya menyebalkan. Padahal mah lebih nyebelin dia.

“KALIAN GA BISA DENGER? BUDEG? JAM BERAPA DI SURUH KUMPUL DI LAPANGAN?” teriakan menggelegar Yuta terdengar mengisi lapangan yang kini sangat sunyi.

Semua kepala yang tengah dijemur di lapangan itu menunduk, tak ada yang berani mengangkat kepalanya. Atau bahkan menjawab pertanyaan Yuta.

Yuta menggeram kesal karna tak mendengar jawaban, “BENERAN BUDEG? JAWAB!” bentaknya lagi.

“12.30 KAK” jawab mereka serentak.

“TERUS KENAPA MASIH TELAT! HAH?”

Lagi, tak ada jawaban.

“LO NGIRA KITA DI SINI BUAT APA? NUNGGUIN LO NGADEM? LO SIAPA? RAJA LO DI SINI?”

Sunyi yang mereka ciptakan malah berarti lain bagi Yuta. Cowok itu kembali berteriak, “OHHHH LO SEMUA RAJA? MAKANYA DIEM AJA?! “

Tersentak akan serangan Yuta, Maba kembali kompak menjawab “ENGGA KAK!”

“HEH LO YANG RAMBUT PENDEK BARIS PALING DEPAN” Yuta kali ini menunjuk salah satu Maba perempuan yang terlihat sedang gemetar ketakukan. “HEH BUDEG SINI LO!” teriak Yuta lagi kali ini jauh lebih brutal.

Gelagapan cewe itu berjalan mendekat ke arah Yuta dengan kepala tertunduk, “i-iya kak k-ena-pa?” tanyanya terbata bata.

“NGOMONG YANG TEGAS! LO BACA TEMA OSPEK APAAN GA? MASIH AJA GA BISA NGELUARIN SUARA. “

“iYA KAK”

Yuta mendesis sinis lalu memandang gadis itu remeh, kayaknya cowok ini benar benar menikmati tugasnya sekarang.

” JAM BERAPA LO SAMPE DISNI?”

“jam 12.13 kak”

“YANG KENCENG!”

“12.13 KAK”

“LO SENENG GAK GUE SURUH MAJU KESINI PADHAL LO DATENG TEPAT WAKTU?” Tanyanya menjebak.

Si Maba yang terlihat bingung harus menjawab apa akhirnya memilih diam.

“LO BEGO? KALAU GAK SENENG NGOMONG. DARI KEMARIN DI KASIH TEMA SOAL RESONANCE GA GUNA KALAU NGUTARAIN ISI HATI AJA LO GA BISA!”

“Maaf kak, tapi saya gak suka” jawab Maba itu akhirnya.

“KARNA LO GA SUKA SEKARANG TUNJUK 10 TEMEN LO YANG LEBIH PANTAS BUAT DIHUKUM DI DEPAN SINI! CEPAT TUNJUK ORANG YANG DATANG PALING TELAT! DAN SURUH PUSH UP 50 KALI!” Titah Yuta.

Si Maba tak terlihat senang dengan perintah Yuta. Tak mungkin ia menunjuk salah satu teman barunya, akan sangat tinggi risiko dirinya dibenci satu angkatan jika melakukan hal itu. Karena itulah ia kembali memilih diam.

“DIEM LAGI?? PILIH DENGER GAK? HALO? BUDEG???”

Gadis itu menutup mata, lalu dengan susah payah menggeleng. “Maaf kak saya gak bisa” jawabnya

“OH YA UDAH LO AJA GITU PUSH UP 500 KALI GANTIIN TEMEN LO YANG 10 ITU.”

Semua terlihat terkejut, banyak anak yang tampak menunjukan muka tak teganya tapi tetap saja tak ada satupun yang mau membantu si maba malang itu keluar dari jeratan ganas Yuta.

Si maba tak punya pilihan lain, gadis itu sudah membuat posisi push up perempuan. Sebelum dari jauh terdengar suara Selena memprovokasi, “Buset ini temennya diem aja nih? RESONANCE CUMAN PAJANGAN DOANG YA? giliran ada yang butuh bantuan gini tetep aja pada bungkam!”

“LO MAU 500 KALI SENDIRIAN, ATAU 20 KALI BARENG SATU ANGKATAN?” Tanya Selena melanjutkan, sebenarnya sengaja memancing karena ia rasa Yuta sudah mulai keterlaluan. jiwa manusiawi Selena masih ada belum setega itu melihat si maba yang tak salah apa apa ini harus push up 500 kali.

Si maba terlihat menoleh pada teman temannya dengan memelas, lalu menggumamkan kata maaf tanpa suara.

“20 bareng satu angkatan kak”

“TERIAKIN KE MEREKA!” Kini Yuta kembali mengambil alih.

“20 BARENG SATU ANGKATAN!”

Tepat setelah itu seluruh mahasiswa baru membuat posisi push up, dan mulai melakukan push up diiringi suara mereka yang menghitung tiap gerakan push upnya.

Sampai gerakan ke duapuluh Doy maju selangkah, membuat Yuta mengerti dan mundur memberi waktu Doy yang berbicara. “JAM BERAPA KALIAN SEMUA BARU BISA TERKUMPUL SEMUA DISINI?” tanyanya dengan dingin.

Tak ada yang menjawab, karena nyatanya para Maba memang tak tahu tepatnya jam berapa mereka semua terkumpul.

Dari belakang Jennie menyeletuk, “Jam 12.45 kak” jawabnya asal. Nyatanya dia juga sama halnya dengan para maba, tak tau persis jam berapa semua terkumpul.

“LO SEMUA GAK BAKAL JADI APA APA KALAU HAL SEPELE MASALAH WAKTU GINI KALIAN GA BISA ON TIME! GAK ADA GUNANYA SEKOLAH TINGGI TINGGI TAPI GAK BISA NGATUR WAKTU. WAKTU ITU SEGALANYA. LIHAT SEKARANG. KARENA PERBUATAN KALIAN YANG MENGULUR WAKTU, PEMBERIAN MATERI KE KALIAN JADI BERKURANGKAN? YANG RUGI SIAPA? KALIAN. WAKTU—“

“Doy sayang diem dong”

Hening.

Hingga, “MAMPUS KAYLIE GUE REKAM KE TOLOLAN LO”

Pecah, Ospek hari itu tak berjalan baik baik saja.

Hari kelima, kalau Doy lagi clingy


Hari ini adalah hari ke lima ospek. Akhirnya 3 hari lagi acara Ospek ini bakal selesai.

Hari inipun berjalan seperti Ospek biasanya, Kaylie datang pagi, memulai mc pagi lanjut di siang hari istirahat atau sebaliknya. Sebenarnya banyak hal yang harus Kaylie pegang mengingat statusnya sebagai Koordinator Divisi Acara. Namun selama acara ini berlangsung Bang Bulan dan Yeri banyak mengambil alih tugas Kaylie. Mereka bilang Kaylie dan Jo sudah banyak mengurus Acara dari awal, dan sekarangpun harus menjadi MC, rasanya tak enak hati kalau sampai pengordinasian acara masih tetap dilakukan oleh Kaylie seorang diri. Kedua anggotanya itu rela lebih letih dari yang lain dalam membantu Kaylie.

Makanya seperti saat ini, Kaylie bisa makan siang sedikit lebih santai di taman dekat acara ospek berlangsung. Taman hijau ini sudah selalu jadi pilihan panitia jika ingin bersantai atau sedikit menjauhi kerumunan ospek. Tadi ada banyak panitia disini, sebelum satu persatu pamit pergi lebih dahulu entah untuk sholat atau untuk melanjutkan tugasnya.

Berakhir, kini taman itu hanya diisi Kaylie seorang diri, asik makan siang sambil memainkan ponselnya.

“Ck, dicariin juga.” Oh, atau sekarang sudah berdua bersama Doy yang baru saja tiba.

Kaylie menoleh dengan senyum lalu menepuk nepuk bangku disampingnya. “kenapa nyariin?”

“Mau nitip”

“Apa?”

Cowok itu merogoh sakunya, kemudian menyodorkan dompet, kunci mobil juga ponselnya. “ini”

“kemana lagi tas lo anjir?” Kaylie benar benar tak habis pikir sama cowok satu ini. Ia kemana mana jarang memakai tasnya yang berakhir tas Kaylie yang bakal dipadati barang barang miliknya.

“Di ruang panitia, lo mau kesanakan entar?”

Pertanyaan Doy hanya dibalas dengan deheman singkat oleh Kaylie, lalu ia menyuruh Doy meletakan semua barang yang dititip di meja tepat di depannya.

“lo udah makan?” tanya Kaylie lagi.

“Belum, mau suapin gak?”

Entah kenapa, sejak dekat dengan Doy Kaylie jadi punya kebiasaan baru. Memukul. Iya, saking gilanya Kaylie dibuat cowok itu, Kaylie tak bisa menahannya jadilah ia memilih untuk memukul.

seperti sekarang, dengan refleks ia memukul Doy. “Orang gila, serius udah belum?”

“Udah.”

“Dih gak jelas! jadinya udah apa belom?”

“Udah, sengaja aja tadi biar lo khawatir.” balas Doy santai. Nih cowok setelah kejadian confess makin gencar ngalusin Kaylie. Udah gak terhitung berapa kali Kaylie yang biasanya godain orang, malah jadi terdiam salah tingkah habis digodain Doy.

“bacot”

Tawa kecil Doy menutup perbincagan mereka. Karena setelah itu hanya hening yang ada. Kaylie sibuk makan, dan Doy disampingnya sibuk jadi pemerhati.

Doy mengunci tatapannya pada gadis itu, seakan kalau ia berkedip Kaylie akan menghilang. Tiap pergerakan Kaylie tak luput dari mata Doy.

Kaylie jadi salah tingkah sendiri, sampai lupa mengunyah daging ayam malah langsung menelannya. “UHUK!” dan jelas membuat gadis itu tersedak.

Doy dengan cepat membuka air mineral kemasan yang ada di depannya, lalu menyerahkan pada Kaylie. Dengan telaten membantu Kaylie memgangi air mineralnya. “pelan pelan”

“MAKANYA JANGAN LIATIN GUE BEGITU!” teriak Kaylie tepat setelah menghabiskan setengah botol.

Doy tersenyum simpul. “Salah tingkah mulu”

“YA LAGI LO LIATINNYA GAK NYANTAI, GUE BERASA TAHANAN ANJIR!”

“lebay”

“MAKANYA LO JANGAN LIATIN BEGITU.” Dengan sebal Kaylie menarik kursinya untuk berbalik memunggungi Doy.

Bukannya merasa bersalah, Doy malah dengan sengaja memunculkan kepalanya dari samping Kaylie, “Kalau lo punggungin gue liatinnya dari sini. lebih dekat.”

Dan lagi seperti yang tadi disebutin. saking udah gak tahannya, Kaylie bakal nutupin salah tingkahnya dengan mukul lengan ketuanya itu. Mungkin kali ini saking kesalnya, Kaylie mukul pakai kekuatan dalam.

“JAUH JAUH LO TAI!”

Lengan Doy rasanya mati rasa, “sakit banget”

Terlihat tak peduli gadis itu lebih memilih melanjutkan makannya yang tertunda.

“Sakit” tambah Doy lagi setelah merasa terabaikan.

“Halo sakit”

“Sakit banget”

“Sakit”

“Elus” Beonya dibalas dengan elusan singkat dari Kaylie. Jengah juga lama lama direcokin sama manusia satu ini. Padahal biasanya kalau bicarapun harus tunggu disuruh dulu.

“peluk biar cepet sembuh.” Tawa Doy tak dapat tertahan setelah mengatakan itu. Karena kemudian ia mendapatin kuping Kaylie memerah. “Merah tuh kuping”

“Diem bangs-”

Doy ke lapangan

Baru aja mau mencaci maki Doy, suara Yuta dari HT yang menggantung di leher keduanya menginterupsi.

Pertama kalinya Kaylie bersyukur akan kehadiran Yuta. “Tuh sana kerja” Usir cewek itu, benar benar berharap supaya Doy yang lagi mode jahil ini cepat cepat hilang dari pandagannya.

Doy bangkit berdiri, tapi tak langsung pergi begitu saja. dengan sengaja ia menjulurkan tangannya tepat di wajah Kaylie.

Kaylie mengernyit bingung,” Apaan?”

“Salim dulu, gue mau kerja.” Goda Doy lagi.

Ucapan Doy benar benar bikin Kaylie naik pitam. Dengan agresif cewek itu berusaha menendang kaki Doy, yang sayangnya kalah cepat. Doy lebih dahulu menghindari, sebelum kakinya dihantam keras. Tendagannya yang meleset, malah semakin membuat Kaylie mengeram kesal. “ANAK TAI LO DEANDOY”

Doy cuman tertawa sebagai balasan. Lalu dengan cepat berbalik berusaha kabur dari Kaylie yang sedang mengamuk. “Dah! Jangan lupa itu gue nitip! kalau ada yang chat hp gue, buka aja passwordnya ulang tahun lo. “

Kaylie memilih tak menggubris lagi ucapan cowo yang sudah hilang ditikungan itu, apa lagi mengenai kalimat terakhir yang cowo itu lontarkan. Cukup sekali aja Kaylie percaya sama kata kata itu. kali ini Kaylie gak bakal percaya.

*

Setelah selesai menyantap makanannya, sesuai prediksi Doy tadi kini Kaylie sudah berada tepat di depan pintu ruang panitia. ia membuka pintu dan mendapati hanya ada Joy di dalam ruang panitia sedang berkutat dengan kertas di tangannya.

“Joyyyy” teriakan Kaylie yang baru sampai di ruang panitia sukses membuat sang empunya nama menoleh terkejut.

“APAAN ANJIR!”

“HEHEHEH liat Doy gak?”

Dari tadi ponsel Doy yang dititipkan padanya terus saja berdering dengan memunculkan notifikasi seakan tengah memaksa untuk dibuka. Makanya dari tadi Kaylie mutar mencari keberadaan si pemilik ponsel ini.

Joy menggeleng geleng, lalu merogoh sakunya. “Ga gue kantongin sob!”

“IHHH lo ada liat dia gak???”

“Perasaan dari pagi orangnya nempel sama lo.”

“Tadi dipanggil Yuta, TAPI GA BALIK BALIK.”

“YA TERUS KAY??? UDAH KANGEN??? TAHAN TAHAN”

Kaylie dengan cepat menggeleng, kemudian mengangkat tangannya yang tengah memegang ponsel Doy, “ini ada yang chat Doy”

“Ya bales anjir???”

“Ga tau pw nya anjir???”

Joy dengan sabar menarik tangan Kaylie, mendudukan gadis itu di lantai berhadapan dengannya. lalu meraih ponsel di tangan Kaylie, meletakannya di tengah tengah mereka.

“ini kita ngapain?” tanya Kaylie yang tak mengerti karena sekarang Joy hanya menatapi ponsel itu.

“Kita cek sidik jarinya, terus kita cari tau pw nya”

“ANJIR IDE BAGUS!”

Meski terasa aneh, tapi akhirnya Kaylie teap mengikuti Joy-mengamati layar ponsel Doy. Pencarian mereka dimulai dengan mentapi ponselnya saja, kemudian berubah menjadi meneliti dari tiap posisi. seperti dari posisi atas, posisi bawah, posisi tengkurap sampai posisi khayang.

Yang hasilnya tetap nihil, HP Doy sudah hampir ter-restart tapi keduanya masih belum menemukan jawaban dari password HP Doy.

“Anjir boleh calling frend gak?”

“ADANYA CALLING EMERGENCY!”

Sama sama punya pola pikir aneh benar benar membuat keduanya jadi pasrah mulai hilang harapan. Joy mendesah kasar,“si Doy ga ngasih clue apa?” tanyanya frustrasi. “Lo ga inget gitu Doy pernah ngomongin soal pw?”

Pertanyaan Joy membuat Kaylie menarik ingatannya pada kejadian tadi saing sebelum Doy pamit. Doy sempat menyinggung mengenai password ponselnya, kalau passwordnya ulang tahun Kaylie. Tapi Kaylie ingat betul ia menyebtukannya dengan tawa. sama seperti kejadian berbulan bulan lalu.

Dan Kaylie jelas ingin menolak percaya akan ucapan buaya darat itu. ya namun dilain sisi hanya itu satu satunya clue yang Kaylie tau mengenai password Doy.

“HEH MALAH BENGONG! ADA GA???” Sentak Joy membuat Kaylie kembali sadar.

ia menggigit bibirnya tak yakin kemudian menoleh ragu pada Joy, “... ada sih... tapi ini becandaan doang...”

“apaa?”

“ulang tahun gue”

Joy mendecih, “cih dasar remaja yang sedang jatuh cinta. DAH SONO COBA AJA DAH!”

“IHH TAPIKAN CUMAN BECANDA!!!”

“YA COBA DULU ANJ! SIAPA TAU BENER!” Paksa Joy geram sendiri. Lagi Joy pikir mungkin saja betul, mengingat akhir akhir ini keduanya tampak semakin menunjukan sifat sifat bucinnya.

Berbekal sok percaya diri dan desakan dari Joy akhirnya Kaylie memasukan ulang tahunnya. Ah, sebenarnya Kaylie agak sedikit harap harap cemas sih ini berhasil atau enggak.

Ya kalau engga sih agak kecewa dikit eh agak banyak, dan kalau iya...

Aduh Kaylie kayaknya bakal jadi kepiting rebus deh seharian.

Tinggal satu angka yang belum Kaylie tekan, ia menutup matanya terlebih dahulu. Baru kemudian berani menekan angka terakhir.

dan

drtttt

pinnya salah.

“TUHKAN JOY AH ILAH. BIKIN BERHARAP AJA LO TAI!” Teriaknya kesal menyalahkan Joy padahal ekpspetasinya saja yang ketinggian.

“DIH BABI KOK GUA??”

“YA LO KENAPA MAKSA? KAN UDAH GUE BILANG DIA BECANDA!!”

“YA KAN COBA DOANG APA SALAHNYA”

“YA GUE JADI BERHARA—”

Ucapan Kaylie berhenti begitu saja ketika Doy memasukin ruang panitia dengan wajah masam. Joy yang ikut menyadari keberadaan ketuanya itu kini beralih mendorong Kaylie, “TUH PANGERAN LO! SONO TANYA!JANGAN GANGGU GUE LAGI! “

Kaylie mendesis kesal karna bukan main kuatnya dorongan Joy. Kaylie bahkan sekarang bisa berdiri di dekat Doy, padahal tadi jarak keduanya cukup jauh.

Doy menoleh sekilas pada Kaylie, tak banyak bicara ia langsung duduk di salah satu sofa yang ada di ruang panitia ini. Sepertinya Atmosfer lelaki satu itu sedang tidak baik. Wajahnya tampak kelelahan, bahkan keringatnya yang masih bercucuran di jidatnya belum sempat diseka. Dalam diam Kaylie mendudukan dirinya disamping Doy.

“Dari mana?”

“Tadi ada lagi yang ngebangkang.”

Kaylie hanya manggut manggut, lalu menyerahkan kembali ponsel Doy. “Nih ada yang ngechat.”

“Bales aja”

“Ga tau PW lo”

“Ulang tahun lo.”

Kaylie memutar bola matanya malas. Cowok ini ya, muka aja yang kelihatan kecapekan, mental buayanya tetap aja masih berkobar.

“Ga usah becanda, ya. Ini cepetan bales kayaknya penting, soalnya dari tadi gak berhenti ngechat. Bahkan sampe nelpon dua kali. gue mau angkat tapi keburu dimatiin mulu sama yang nelpon.”

Doy menyenderkan kepalanya, membuatnya kini bisa leluasa memandangi wajah Kaylie dari samping. Jerawat kecil yang tadinya ada di bawah dagu Kaylie sudah memudar. Dari samping sini juga terlihat bulut matanya jadi sangat lentik dan kaku berkat apa itu namanya? mas? mascara?.

Merasa tak mendapat jawaban, Kaylie menoleh. “HEH! ngapain ngeliatin gue?”

Walau tertangkap basah, Doy hanya membalas dengan dengusan. Kemudian dengan acuh bertanya apa yang tengah Kaylie bicarakan, karena dia memang sempat salah fokus tadi.

“IHH lo jangan becanda deandoyyyy, ini mending balas cepet chatnya!”

Dahinya mengerut bingung, “siapa yang becanda?”

“Dih udah gue coba ya, orang salah juga. Gak usah pura pura lo!” balas Kaylie dengan pukulan kencang ke lengan Doy. Sedikit malu sebenarnya mengakuinya.

Doy kembali menegakan badannya. Ia mengambil alih ponselnya, “Gak ada yang pura pura” Kemudian dengan cekatan mengetik tanggal kelahiran Kaylie di layar ponselnya dengan urutan terbalik.

“0430” ejanya, “tuh bisa”

Mata Kaylie membelak sempurna ketika tampilan beranda ponsel Doy muncul, Kuping serta wajahnya memerah begitu saja, bahkan rasanya ingin meledak di tempat saking salah tingkahnya dia dibuat Doy. “ HAH PAPASI HAH GUE NGOMONG APA MAKSUDNYA LO APA KENAPA TANGGAL LAHIR GUE PW LO KENAPA GUE??” Teriaknya melantur.

Selalu seperti ini kalau dia sudah mulai hilang kewarasan, lagian KOK BISA BENERAN??? perasaan kemarin cuman becanda.

Sedangkan Kaylie kewarasannya mulai hilang, Doy malah tersenyum tipis, anehnya Kaylie ini yang selalu sukses buat Doy gemes.

Beda lagi sama Joy diujung sana, “LO KAYAK ORANG AYAN!” Teriaknya merasa terganggu dengan tingkah aneh Kaylie.

“APA SIH TERKADANG IRI ORANG EMANG SUKA GITU!”

“ORANG IRI BODOH BUKAN IRI ORANG!!”

Doy membekap mulut Kaylie yang sudah ingin membalas dengan tangannya dari belakang. Lalu menarik kepala Kaylie agar bersender dibahunya. Badan Kaylie agak terhuyung kebelakang, membuatnya dengan pasrah jadi menimpa badan Doy.

“diem lo” tambahnya masih dengan setia menutup mulut Kaylie. Bahkan tangannya yang satu sudah melingkari leher gadis itu agar tak bisa bergerak.

Kaylie jelas memberontak, dengan brutal memukuli tangan Doy yang ada di mulutnya. Walau tak berasa apa apa bagi Doy, padahal itu sudah kekuatan terkuat Kaylie.

“LWEPAS!!! INI KWEKERASWAN!!”

Joy yang jadi satu satunya saksi mata lovey-dovey keduanya jadi bergidik ngeri, “IYA GUE BURUNG PELATUK KOK LANJUT AJA BERMESRAANNYA” Sindirnya sarkas. “TUKTUKTUKTUKPELATUK” Tambahnya dengan aneh, seolah tengah berpura pura jadi burung pelatuk.

Dengan sisah tawanya Doy akhirnya melepaskan kedua tanganya yang melingkar dari belakang Kaylie. Dan sepersekian detik kemudian gadis itu bangkit berdiri lalu memukuli Doy tanpa ampun, “BAU TERASI!!!!!” Teriaknya kesal.

Doy yang dipukuli berusaha menamengi dirinya dengan tangannya, “iya iyaa maaf” balasnya dengan tawa. Sesekali berusaha menghentikan Kaylie dengan meraih tangan gesit gadis itu.

Sampai tangan itu akhirnya tertangkap, Doy menariknya untuk kembali duduk disampingnya. “Nakal banget.”

“HEH NGACA! GUE PUKUL LAGI YA LO!” Teriak Kaylie sudah mengangkat tangannya sebelum Doy malah memeluk tangan Kaylie lalu dengan santai malah menyenderkan kepalanya di bahu Kaylie.

“Pinjem.” Balas Doy dengan mata yang sudah terpejam.

Kaylie terduduk kaku, makin salting dibuat perlakuan Doy ini.

Gila! kok bisa bisanya dia nyender kayak ini hal biasa?

“A-apasi senderan di so-fa aja” balasnya terbata bata. Wangi rambut Doy yang sangat dekat dengannya ini bikin makin susah fokus!

“Di bahu lo atau di bahu Joy?”

“tai. BAHU GUE”

Britania Kezia


Dulu Kaylie selalu merasa Britania Kezia terlalu fiksi untuk menjadi sebuah kenyataan. Karena dulu Kaylie hanya mengenal Brita dengan kesempurnaannya.

Brita punya paras cantik, Brita dianugerahi suara merdu, terlebih lagi dia pintar, Brita juga cukup terkenal bahkan sudah masuk kejajaran influencer berakun verified.

Brita dicintai semua orang, bahkan walau jarang terlihat bersama keluarganya karena kesibukan sang ayah di luar kota dan bundanya yang kerap ikut, Brita tetap diberi perhatian yang cukup. Ayahnya masih cukup sering mampir ke rumah Brita, bahkan ayahnya tak segan untuk menyewa 3 ART sekaligus untuk menjaga Brita.

Tiap mengingat kembali betapa sempurnanya hidup Brita, Kaylie dan Zetta selalu mengeluh pada semesta mengapa mereka tak bisa hidup seperti Brita.

Keduanya terlalu berisik mungkin, sampai akhirnya semesta membungkamkan keduanya dengan fakta bahwa Brita tak pernah sempurna.

Pertama kali mengetahui Brita adalah seorang peminum, Kaylie dan Zetta tak pernah mempermasalahkan itu karena pada dasarnya Brita sudah cukup umur untuk mengenal barang haram itu. Namun ketika hal itu diikuti dengan rajinnya Brita ke club malam, ada rasa waswas yang Kaylie dan Zetta rasakan pada sahabatnya itu.

Ditambah pula dengan berbahayanya lingkup pertemanan Brita bersama beberapa temannya yang sesama selebgram. Kaylie dan Zetta tak akan mengatakan mereka berbahaya kalau saja berita mengenai 3 dari sepuluh teman Brita ini adalah pengguna Narkoba tidak benar.

Dua tahun mengenal Brita, Brita selalu menunjukin sisi polosnya, dan lembutnya. Mengingat sifatnya itu dan kerasnya pergaulan Brita, Kaylie menyarankan pada Zetta agar mereka bersama mengawasi Brita sambil mencari tau apa yang terjadi pada Brita.

Setidaknya itu yang Zetta tau selama beberapa bulan sebelumnya, mereka mengikuti Brita untuk menjaga gadis itu. Karena alasan ini Zetta bertahan mengikuti kemauan Kaylie walau ia sadar ini salah.

Hingga alasan sebenarnya Kaylie terungkap. Zetta yang pada dasarnya memang selalu mengandalkan emosi, merasa marah dan muak akan segala hal yang teman temannya ini tutupi darinya. Bisa bisanya kedua temannya menyembunyikan hal seperti ini darinya.

Sebab itulah sekarang kamar kost Kaylie diisi dengan keheningan setelah Zetta masuk dan langsung bertanya.

“Brita, nyokap lo udah meninggal?”

Hening.

Terlalu cepat serangan Zetta bahkan Brita yang sebelumnya tertawa terpaksa kandas ketika mendengar tanya dari Zetta.

“lo jawab bener atau engga aja, ga usah cerita apa apa kalau lo emang ga mau kami buat tau. Lo sendiri pasti sadarkan, kalau gue sama Kaylie tau lo mabok-mabokan, bahkan lo sendiri pasti pernah baca chat lo manggil Kaylie mama kan? kita ga mau nuntut lo jelasin alasan semua itu. lo cuman perlu jawab bener atau engga, masalah mama lo.”

Brita jelas terdiam kaku ketika ditodong dengan kalimat sarkas seperti itu. Sudah pasti sekarang ia takut.

Brita tau, saat ini akan tiba. Kaylie dan Zetta dengan terang terangan mempertanyakan kecatatan dari sempurna yang selama ini mereka lihat.

Tapi Brita tak pernah tau bahwa pertanyaan yang ia terima akan sekasar itu.

Keadaan semakin tegang membuat Kaylie sendiri jadi tak enak hati seperti tengah menyidang Brita, padahal awalnya ia yang ngotot ingin memaksa Brita untuk jujur. “eh kalau ga mau jawab ga usah Bri-”

“Apaansi Kay? tadi di chat lo bilang kita paksa. jangan sekarang malah jadi lo yang lembek” potong Zetta.

“Ya tapi ga gitu juga anjing, bahasa lo tuh kasar banget. kan bisa tanya pelan pelan.”

“Brita bakal bohong lagi sama kayak kejadian kita liat dia lagi mabok. Kalau gak ditodong ginikan?”

“Tadi lo juga yang bilang ini hal sensitif buat Brita terus kenapa sekarang lo malah ga ngejaga omongan lo. Mikirin ga perasaan Brita?”

“Lo mau kita banding bandingan siapa yang lebih mikirin perasaan Brita? Lo ngaca, siapa yang duluan ngide buat cari tau masalah Brita yang padahal itu privasi Brita.”

“LO NGAPAIN JADI NGOMONGIN ITU SIH ANJING.”

“YA LO KENAPA NYALAHIN GUE DOANG ? PADAHAL GUE BEGINI JUGA KARNA LO MAKSA PENGEN TAU.”

“CARA LO NGOMONG SALAH NGERTI GA SIH?!?! SOPAN TIBA TIBA DATENG NANYA PERTANYAAN KAYAK TADI?!!?”

“GA USAH NANYA KESOPANAN GUE KE BRITA KALAU LO SENDIRI GA BISA SOPAN SAMA PRIVASI BRITA.”

“KENAPA LO MALAH BANDINGIN TERUS KE MASALAH KEMARIN”

“KARENA KITA BISA SAMPE KAYAK GINI KARENA KELAKUAN LO KEMARIN KAYLIE.”

Zetta menarik nafasnya kesal, “kenapa jadi kita sih nyet yang ribut?”

“jelasin.” Suara Brita akhirnya terdengar setelah sekian lama dia diam.

“jelasin maksud percakapan kalian barusan.” Brita menatap kedua temannya itu dengan getir.

Brita jelas merasa kecewa pada Kaylie dan Zetta.

Kaylie sekarang sudah tertunduk tegang. Jika semenit tadi dia masih sanggup untuk berteriak, kini pita suaranya bak hilang tertelan.

Zetta sebagai satu satunya yang tak memilik rahasia di antara mereka memutar bola matanya malas.

“Lo berdua disini salah.”

Zetta menunjuk Brita.”Lo Brita, gue sama Kaylie mungkin cuman lo anggap orang yang kebetulan akrab sama lo, tapi buat gue sama kaylie lo itu penting. Kita mau terlibat di hidup lo. Dan cara lo ngebohongin segala hal tentang latar belakang lo, itu nyakitin perasaan kami. Kami ga pernah nuntut buat lo cerita segala hal, tapi seengaknya hal sepenting Nyokap lo ada atau engga kami wajar tau. Karena itu juga bakal jadi basic info biar kami tau batas wajar ngomong sama lo. Ga enakan tiba tiba gue ngomong kayak tadi? Coba kalau dari dulu lo jujur ke gue, gue ga bakal dong tiba tiba ga sopan nanya gitu ke lo. gue pasti bakal lebih hati hati ngomong soal hal itu, tapi nyatanya lo ga pernah ngasih tau gue, makanya gue ngerasa wajar nanya gitu ke lo.”

Zetta beralih menunjuk Kaylie. “Lo Kaylie, gue tau niat lo baik mau bantu Brita nyelesaiin masalahnya tapi cara lo salah. Lo udah ngeganggu privasi Brita. Dan gue yakin bakal ada waktu Brita mau terbuka sama kita. Ga usah sampe manfaatin Doy juga buat info. Lo tuh emang orang licik. gue setuju banget sama ketika lo di chat tadi. “

Kembali hening.

Brita dan Kaylie sama sama diam menunduk. Mulut Zetta yang bisanya hanya mengeluarkan makian, kali ini sukses menampar kedua temannya. keduanya merasa bersalah.

Awalnya memang Brita kecewa kedua temannya ini dengan lancang ikut campur urusannya. Namun benar kata Zetta mereka bahkan mau melakukan hal gila tersebut hanya karena bagi mereka Brita penting. Kedua temannya hanya ingin mengulurkan tangan membantunya menyelesaikan masalah hidupnya yang meskipun sebenarnya tak dapat terselesaikan.

Brita terlalu menutup diri padahal kedua temannya ini rela memberikan segalanya untuk membantu dia.

Dan disisi lain Kaylie juga tak dapat menahan rasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia terus memikirkan haknya tanpa peduli apa Brita mau keluar untuk dibantu atau tidak.

“Zetta, Kaylie maaf” Suara Brita terdengar pelan dan bergetar.

Kaylie dengan cepat mendekat pada Brita dan merengkuhnya, “engga ini salah gue harusnya gue ga kepo. Maafin gue Brit” balas Kaylie diikuti dengan tangisnya.

Mereka berdua menangis bersama entah berapa lama, Zetta sebenarnya ingin juga memeluk keduanya dan ikut meminta maaf. Tapi sekarang dia masih harus terus berakting marah. Menjaga kondisi sampai masalah ini selesai.

Masih dalam pelukan Kaylie, Brita kembali berbicara dengan sesengkuhan. “H-hari ma-ma meninggal itu H-hari papa nik-ah sama bunda”

Tangis Kaylie terhenti saat itu juga, Zetta yang tadinya hanya diam benar benar dibuat kaget oleh pernyataan Brita.

Dari segala hal baik yang semesta beri pada Brita, tak pernah terbayang Brita juga mendapat hal terjahat yang pernah ada.

Kaylie dan Zetta benar benar membeku. Tak tau harus berreaksi seperti apa.

Apa lagi sekarang Britapun sudah berhenti menangis. Dia juga tak menunjukan ekspresi apa apa, tatapannya terlihat kosong.

“bunda itu mamanya Doy juga” tambahnya lagi yang membuat kini bahkan bernapaspun rasanya susah untuk Kaylie dan Zetta.

Zetta yang awalnya diam duduk jauh dari keduanya langsung mendekat dan merengkuh Brita juga, “udah jangan dilanjut”

Brita menggeleng dalam pelukan kedua sahabatnya itu, “aku sama Doy tetangga dari kecil. Waktu SMA pernah pacaran backstreet karena papa ga bolehin aku pacaran. Ternyata malah berakhir tragis, sehari sebelum mama meninggal dan papa nikah lagi Doy mutusin aku dengan alasan pendidikan. yang ternyata alasan sebenernya karena dia udah tau papa sama bunda bakal nikah. aku yang ngerasa kecewa, milih buat keluar dari keluarga papa dan hidup sendiri. kayak yang selama ini kalian lihat”

Brita menutup ceritanya dengan pengakuan, “Nama aku sebenernya Byanca Kezia cuman aku ganti karna Byanca nama pemberian dari papa”

Rapat Besar


Sebagian besar panitia telah berkumpul di auditorium milik Fakultas mereka, tempat diselenggarakannya Rapat Besar panitia OSPEK Fakultas.

Rapat telah dimulai beberapa jam yang lalu, diawali dengan pembukaan singkat dari Doy kemudian dilanjut pemaparan materi dari tiap divisi.

Bendahara mengambil urutan pertama dalam memaparkan tugasnya, membuka sesi pertama dengan topik mengenai jumah dana yang dibutuhkan dan danus yang memang sudah menjadi prioritas.

Dilanjut oleh sekertaris membicarakan mengenai perizinan juga pengangkatan proposal yang rencananya akan dilakukan seminggu lagi.

Hingga kini tiba saatnya sesi ketiga, divisi acara yang akan memaparkan tugasnya. Tanpa sedikitpun rasa gugup Kaylie sebagai Koordinator Acara maju kedepan auditorium. Lalu dengan senyum cerahnya ia membuka presentasi, “hehehe gue ga bisa ngomong formal, jadi hai semua!!! gue Kaylie koordinator acara heheh”

“nyengir mulu, kering tuh gigi lo lama lama” baru pembuka, Jeffryan sudah menyahut dari tempat duduknya.

Tau kalau mereka tak akan berhenti bertengkar jika Kaylie menyahuti, maka ia memilih tak mau ambil pusing hanya meilirik Jeffryan sinis, lalu kembali fokus pada presentasinya. “gue mau bahas tema dulu nih ya”

“kita udah final sama satu tema. tema ini juga udah diobrolin bareng divisi materi, juga ketua kita yang terhormat.” Kaylie mulai menjelaskan dengan gaya santainya.

“temanya 'RESONANCE' yang bahasa Indonesianya Resonansi. Kalau di kbbi arti Resonansi itu degungan (gema,getaran) suara. Kenapa kami milih ini yang jadi tema? banyak banget akhir akhir ini isu yang membutuhkan pemikiran anak anak muda, generasi z dan opininya harus dikembangkan. Suara generasi kita harus didengarkan, tapi gimana caranya suara kita didengar kalau kita ga bersuara? oleh karena itu OSPEK ini harus menghasilkan generasi yang ga punya alasan lagi buat bungkam, karna semua orang punya hak buat ngeluarin Resonansinya. Sejalan dengan itu, kami juga buat subtema yang dibuat dari kepanjangan RESONANCE, yaitu REnew the SOul aNd create gallANt CharactEr. Memperbaharui jiwa dan menciptakn karakter yang gagah. OSPEK ini ga cuman sekedar memotivasi, tapi akan memperbaharui dan menciptakan generasi yang siap untuk berpendapat. sampe sini, ada pertanyaan?”

Haidar mengangkat tangannya tinggi, membuat semua beralih memperhatikannya. “TEH MAU TANYA” Teriaknya lantang

“YA TETEH JAWAB” balas Kaylie tak kalah lantang.

“jadi intinya tuh temanya soal berani berpendapat? kemudian teh, dari tim teteh sendiri, ada ga acara yang bisa mengasah kemampuan berpendapat camaba?” calon mahasiswa baru

“pertanyaan bagus, gue bakal jawab. tapi disclaimer, gue bakal keren banget habis jawab ini. hati hati kalian suka sama gue.” canda Kaylie, yang membuat seisi ruangan menyorakinya.

“KALAU UDAH SUKA GIMANA KAK?” teriak Yuta.

“waduh coba tanya doy” balas Kaylie santai sambil tersenyum kearah Doy, yang disenyumin hanya memutar bola matanya malas. udah pasrah dengan kelakuan aneh Kaylie.

“GA ADA MALUNYA NIH CEWE YA TUHAN, SAMPE ENEK GUE DENGER NAMA DOY.” teriak Zetta sudah berdiri ingin menjambak Kaylie, untungnya ada Britta yang menahan gadis itu.

“ANJIR APAAN YANG GUE LEWATIN?” Heboh Jeffry dari tempat duduknya.

“DIEM DIEM LO BERUDA?? GILA SIH” Ten bahkan sekarang sudah mendorong dorong bangku ketua panitianya itu, membuat Doy balas mendorong badan kecil Tenn hingga terhuyung.

“Maksudnya coba tanya Doy, boleh pacaran ga di pengurusnya dia?” lanjut Kaylie dengan kekehan.

“YA BISA AJA SI TETEH”

“Hahaha gue lanjut ya ? jadi menjawab pertanyaan haidar. tim gue udah bikin acara debat, dan gamesnya semuanya berhubungan sama debat. buat lanjutnya kalian boleh liat di rundown yang bakal gue share di grup panitia. dan paling kece adalah kita bakal main warewolf. “

seluruh panitia membelak, tak percaya Doy akan memberi ijin untuk acara yang terakhir Kaylie sebut.

“YESSSSSS SERU BANGET ANJIR!!!” beberbeda dari yang lain, Joy malah teriak senang.

“lo emang random sih Kay, tapi ya ga warewolf juga ???” balas Teo.

“Johnat, urus. “

Johnat tertawa kecil, kemudian mengambil alih mic Kaylie. “gini yo, lu main warewolf debat ga?”

dibalas anggukan oleh Teo.

“nah itu, kita ga secara pure nerapin warewolfnya. ada banyak yang kita edit. kayak penentuan peran bakal diurus sama anak acar, kita bakal lihat siapa paling cocok buat perannya. kemudian kita akan lebih perbanyak space berdebat mereka. dan kita juga kasih mereka Undang Undang warewolf yang bakal mereka pake buat debat.”

“ANJING APAAN LAGI UNDANG UNDANG WAREWOLF.” Ten berseru frustrasi

Mark yang memang dasarnya hanya bagian tertawa, sekarang sudah tergeletak dilantai tertawa dengan tak henti.

“KREATIF BANGET AHAHAHA ” Balas Jeffry

“Setuju ga nyet? ide gue nih!”

sebenarnya tak ada juga alasan menolak ide ini, selain karna sudah disetujui oleh Doy selaku ketua panitia, ide ini juga cukup menghibur.

“SETUJU!!!!!” Jawab seisi ruangan bersamaan, membuat mereka sendiri jadi tertawa.

***

“pulang sama siapa?” pertanyaan itu datang tiba tiba dari Doy pada Kaylie yang tengah mengobrol santai bersama Johnathan.

Mata Johnat memicing, menatap curiga kedua temannya tersebut. ia jadi teringat candaan Kaylie waktu di rapat tadi. “waduh jadi beneran ga sih lo berdua?”

Kekehan singkat Kaylie terdengar, gadis itu lantas jadi ingin menjahili Johnat melihat wajah curiga itu. “sebenernya kita backstreet” jawabnya enteng.

“WAH ANJIR???” Johnat terkaget, dia awalnya tak mau percaya namun jawaban Kaylie barusan seakan tepat sasaran. Deandoy dan Backstreet. Sudah bersahabat dari lama membuat Johnat jelas tau Doy pernah backstreet, tapi setau Johnat bukan bersama Kaylie.

Respon Johnat ini malah membuat Doy memutar matanya malas. merasa kesal, entah pada Kaylie yang sembarang berbicara atau malah pada Johnat yang asal percaya.

Doy tau pasti Johnat kini mengaitkan ucapan gadis itu pada kejadian di masa lalunya, maka dengan cepat ia menyangkal dengan sinis. “Halu lo.” katanya pada Kaylie.

“Anjir Kaylie! kirain gue beneran.”

“muka lu anjir percaya aja!”

“Lo pembohong handal sih, gue jadi percaya.”

satu pukulan keras Kaylie layangkan pada lengan kekar Johnat, cowok itu meringis kecil namun diringi dengan tawa.

“Dah deh gak ada urusan lagi gue di sini, cabut gua ya.” pamit Johnat

Dan Kaylie angguki sembari melambaikan tangannya ceria. “okeiii dadah Johnat!!”

dan setelahnya tanpa kata Johnat melangkah meninggalkann kedua orang itu.

“kaylie pulang sama siapa?” ulang Doy.

“Lo, boleh kan????”

“iya, temen lo mau bareng ga?”

“zetta, britta?” Doy mengangguk.

“Zetta kayaknya sama Johnat. IHHH TAU GA MEREKA LAGI PDKT TAUUUU!!! ko cowo boyfriendable kayak Johnat mau sama modelan Zetta ya?”

“ga tau, udah cepetan si Britta gimana?”

“udah pulang dari tadi, dia ada photoshoot hari ini. huhuh kasian banget Brita pasti capek banget, habis rapat langsung kerja. padahal kemarin juga dia baru sakit, untung gue kasih susu beruang. pasti langsung sem-EHHHH” ucapan Kaylie terhenti begitu saja, ketika Doy langsung merangkul lehernya, menarik gadis itu untuk berjalan mengikutinya.

“berisik tau ga.”

“SAKIT ANJIR LEHER GUE!!! LAGIAN KETEK LO BAU!!!”

“ketek gue bau aja lo masih sanggup teriak.”

“DOY LEPAS!!!!!”

“kaylie diem.”